Liciknya DR. Robert Morey
Dalam upaya menyudutkan semua ajaran yang terkandung di dalam al-Qur'an Robert Morey ingin memotong kompas dengan menggunakan prinsip "Yang lama mencocokkan yang baru". Maksudnya yang datang terakhir harus mengikuti yang datang pertama. Prinsip status Quo yang tidak suka orang baru, seperti yang telah kita gambarkan di atas, di mana umat Yahudi tidak mengakui yang datang selanjutnya -umat kristen- Dan dua umat terdahulu juga tidak mengakui umat yang kemudian -umat Islam- padahal risalahnya sama yaitu Tauhid. Payahnya Robert Morey malah menyitir dua ayat di atas, yaitu surat Yvnus : 94. dan surat al-Baqarah: 136.8
Prinsip yang secanggih apapun tetap harus diletakkan pada tempatnya. Kalau semua dipukul rata itu namanya luguMari kita berpikir lebih sehat. Jika prinsip itu diterapkan apa adanya, maka :
"Ajaran Kristen tidak boleh menyalahi ajaran Yahudi karena mereka lebih dulu ada. Kitab yang paling diakui oleh Yahudi saat ini adalah Talmud dan bukan Taurat karena kitab Yahudi yang lain (Talmud) mengatakan seperti berikut :
"Wahai anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan fatwa dari para ahli kitab (Talmud) dari pada ayat-ayat Taurat". (Talmud kitab Erubin: 2b-edisi Soncino).9
"Berdasarkan prinsip Robert Morey di atas, maka Bibel harus dites dulu kebenarannya berdasarkan kebenaran Talmud. Ajaran Talmud yang berikutnya :
"Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhanpun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut". (Talmud kitab Baba Mezia: 59 b). 10
"Berdasarkan ajaran Talmud di atas, maka seluruh ajaran baik Talmud, Bibel harus dikoreksi dulu oleh Rabbi yang derajatnya lebih pandai dari Tuhan ( Ternyata masih ada pengkultusan yang melebihi pengkultusan Gereja terhadap Nabi Isa) -maha Suci Allah Swt.-. Konsekwensinya adalah tidak boleh ada satu ajaranpun yang menyalahi atau bertentangan dengan kehendak Rabbi.
"Berikutnya, seorang Rabbi yang bahkan adalah begawan mereka yang sangat dihormati yaitu Moses Maimonides, mengajarkan dengan tanpa tedeng aling-aling, bahwa "kaum kristen wajib dihabisi ".11
"Terakhir, apakah perlu ajaran begawan tersebut dilaksanakan?
Begitulah kalau prinsip diterapkan mentah-mentah tanpa menempatkan pada porsi yang sebenarnya. Lantas bagaimana porsi yang semestinya?.
Penerapan prinsip "Yang lama mencocokkan yang baru" dalam masalah ajaran agama -atau mungkin juga hukum adalah untuk hal-hal yang bersifat permanen, mendasar, dan tidak berubah dalam keadaan apapun. Dalam masalah hukum misalnya, hal-hal yang sifatnya mendasar ditetapkan lebih dulu dalam Undang-undang Dasar (UUD); maka semua peraturan dan perundang-undangan -yang tentu saja datang setelahnya harus sesuai dengan UUD. UUD sifatnya mendasar sedang peraturan pemerintah atau undang-undang lebih sering berubah mengikuti kondisi masyarakat. Jika ada perselisihan antara Perda dan UUD tentu saja Perda dibuang. Tapi jika ada perda tahun 2000 -misalnya- kemudian karena perkembangan situasi masyarakat ditetapkan lagi perda baru tahun 2003, maka tentu saja perda yang baru akan menghapus yang lama, sebab kalau dibalik itu sama saja tidak membuat Perda baru dan masyarakat akan stagnan.
Sedang dalam masalah ajaran agama maka yang paling mendasar dan tidak boleh berubah adalah Tauhid, pengEsaan Tuhan sebagai pencipta semua makhluq serta ajaran yang sifatnya universal seperti wasiat terbesar kedua Nabi Isa yaitu ajaran berbuat baik kepada sesama, serta prinsip keadilan masyarakat yang tergambar dalam hukum Qishas yang tersurat di Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Sejak agama diturunkan oleh Allah hingga akhir zaman tauhid sebagai risalah pokok harus tetap ada, tanpa tauhid agama hanya sebatas aturan layaknya "Perda". Sedang untuk perbaikan masyarakat adalah dengan menggunakan kasih sayang sesama dan keadilan; kedua prinsip inilah yang dipakai oleh para Rasul dalam mengemban tugas perbaikan sosial.
Untuk kedua prinsip. universal -ajaran tauhid dan kemanusiaan- ini ajaran baru tentu saja mengacu kepada yang lama, karena datang dari sumber yang sama. Seluruh ajaran baik yang berasal dari nash maupun ijtihad tidak boleh menyalahi prinsip tauhid, jika terjadi perbedaan antara yang lama dengan yang baru maka yang baru harus mengikuti yang lama. Misalnya ajaran yang mengajarkan hidup hedonis harus diganti karena hedonisme menjadikan manusia lupa akan Tuhannya, dan itu bertentangan dengan yang lama -mendasaryaitu ajaran tauhid.
Adapun syariat yang mengatur kehidupan manusia yang selalu berubah berkembang sesuai kodratnya, maka ajarannya harus mengarah kepada perbaikan kondisi mereka, dan bukan sesuai kemauan mereka. Kalau yang dipakai adalah "sesuai kemauan" maka aturan akan hancur dan prinsip tauhid akan tergeser. Aturan hidup yang dipakai pada zaman Nabi Musa tidak mungkin dipakai pada masa Nabi Isa As. begitu selanjurnya. Nah untuk yang bersifat berubah maka prinsip yang dipakai adalah "Yang baru menggantikan yang lama" inilah yang kita kenal dengan nasakh. Ajaran yang menentang Ilmu pengetahuan, harus digantikan dengan ajaran yang mendukung Ilmu pengetahuan. Karena pembodohan adalah hal yang merugikan dan merusak aturan hidup yang pada gilirannya membuat manusia lupa akan Penciptanya.
Catatan :
Secara umum, hampir seluruh hujatan dalam buku the Islamic Invasion bermuara pada tiga pokok hujatan :
1. Bukan keturunan Ibrahim,
2. distorsi sejarah pra Islam, dan
3. prinsip "yang lama mencocokkan yang baru". Kita sudah menjawabnya dalam bab ini, sedangkan bab-bab selanjutnya akan kami bahas lebih terperinci lagi berdasarkan masalah pokok yang dihujat.
Seperti yang tampak dalam ketiga jawaban kita di atas, hujatan Dr. Robert Morey adalah tidak berdasar sama sekali, hal ini akan semakin jelas dalam hujatan secara rinci yang lebih menampakkan ungkapan kebencian ketimbang perdebatan perbandingan agama. Dasar yang dipakai pun sangat tidak berdasar dan mengada-ada bahkan lebih menjurus kepada manipulasi, seperti memalsukan hadits dan memanipulasi pernyataan para tokoh penulis keislaman.
Wassalam,
" EG "
Komentar
Posting Komentar